top of page
Yemiko Happy

Komunitas Kristen yang Melayani


Tangan yang menolong

Pernahkah kita mengamati data kehadiran jemaat secara faktual? Atau pernahkah kita mengamati rerata persembahan mingguan gereja kita? Jika kita mengamatinya, ada fakta yang menyedihkan di balik hal tersebut.


Setidaknya, sejak Januari 2023 jumlah kehadiran di Gereja kita mulai mengalami penurunan, begitu pula jumlah kolekte. Tentu ini tidak bisa kita menyalahkan orang perorangan. Tidak bisa juga kita salahkan Gereja, atau sumber daya gereja atas hal ini. Karena manusia hidup dalam kondisi sosial ekonomi yang beragam.


Akan tetapi, penurunan ini menunjukkan bahwa ada pergumulan yang dihadapi oleh

keluarga-keluarga jemaat di GKMI Siloam. Ada yang sembari bergumul, dia tetap bersekutu bersama kita. Ada juga yang karena pergumulan bergereja di tempat lain. Tetapi ada juga yang karena pergumulannya, dia pergi meninggalkan kita. Ini adalah fakta yang harus kita hadapi. Lalu apa yang harus kita lakukan?


Alkitab, seperti biasa, memberikan jawaban-jawaban atas persoalan di atas. Ya, jawabannya adalah Gereja harus memberikan pelayanan. Saudaraku, Galatia 6:1-6 memberikan suatu tata cara bagaimana kita melayani sesama kita yang sedang bergumul dalam kehidupannya.

Pertama, memulihkan dengan lemah lembut (ay. 1). Ayat ini dibuka dengan kata

“saudara-saudara”, lalu disambung dengan kata “kamu”, menunjukkan bahwa sebagai orang Kristen, kita diminta untuk mengambil peran dalam memulihkan orang lain. Ada banyak cara untuk memulihkan orang lain, salah satunya bisa dengan cara menegur (Mat. 18:15-17).

Proses menegur tentulah sudah cukup ideal sebagaimana yang dijelaskan Yesus dalam Injil Matius, akan tetapi kita sering gagal dalam hal menyampaikan teguran. Kita sering kali

bersikap sombong dalam menegur. Sehingga, teguran kita membawa konflik yang baru lagi. Sebaliknya kita harus lemah lembut kita menegur saudara kita.


Kedua, saling menanggung beban (ay. 2-5). Apa yang dimaksud dengan beban? beban

adalah sesuatu yang tidak bisa ditanggung sendiri, dan secara spesifik pada konteks Galatia adalah dosa, bukan uang atau harta. Kita seringkali salah arti, bahwa beban yang kita pahami adalah tidak tercukupinya kebutuhan dasar, sedangkan kita merasa bisa menyembunyikan dosa-dosa kita. Itu keliru, dan itu menipu diri sendiri. Sebagai manusia, kita harus mengakui dosa kita agar kita mengalami pemulihan. Memang benar, dosa kita sendiri yang menanggung, tetapi komunitas Kristen dipanggil untuk menanggung beban agar orang yang terbeban mengalami pemulihan. Menanggung beban bukan berarti kita ditambahkan bebannya, tetapi kita harus memulihkan orang lain.


Ketiga, memberikan kesaksian (ay. 6). Tentulah setiap kita pernah melalui kehidupan yang kelam, dan Tuhan telah memberikan pengajaran dalam kita. Saksikanlah itu dalam keseharian kita, bukan hanya berbicara tetapi juga bertindak. Sebab dengan demikian kita bisa memulihkan setiap orang.

Kelembutan sikap kita, kemauan untuk menanggung beban, dan memberikan kesaksian akan membawa komunitas kita pada peristiwa pemulihan. Karena, ketika seorang telah pulih, maka ia akan memiliki keberanian untuk menghadapi masalah-masalahnya, seperti: kemiskinan, ketidakharmonisan keluarga, menduakan Tuhan, dan sebagainya. Mari, kita melayani sesama kita.

6 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page