5 Februari 1978, di Jalan Langensuko 8, Salatiga. Sekurang-kurangnya 50 orang melaksanakan kebaikan pertama persekutuan Pos PI dari GKMII Kudus. Tuhan mampu berkarya melalui manusia-manusia lemah tetapi sekaligus berkarunia. Bapak Sudiharto Timothy, yang kala itu adalah seorang mahasiswa teologi utusan GKMII Kudus bertemu dengan Pdt. S. Harsosoedirdjo, Bapak. R. Soedibjo, Bapak Hendy Lasimini, Bapak Suwarno YS.
Orang-orang ini adalah setia akan persekutuan pertama 5 Februari 1978. Mereka terus merintis persekutuan sampai terjadi baptisan mula-mula pada Desember 1978. 8 orang mengaku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat.
Para perintis ini kemudian memiliki visi untuk mendirikan gedung gereja. Para perintis ini mengusulkan dukuh Pancuran sebagai lokasi gereja. Sempat ditolak oleh Majelis GKMII Kudus, tetapi seorang perintis menyampaikan: “Apakah yang berhak mendapatkan keselamatan hanyalah orang-orang gedongan? Tidakkah orang Pancuran juga berhak mendapatkan keselamatan?” Yang kemudiannya, majelis GKMII Kudus menyepakati dukuh Pancuran untuk lokasi pembangunan calon gedung gereja.
Tahun 1981, persekutuan semakin besar. Gedung Ibadah di Jl. Langensuko 8 dipindah ke kediaman Bapak Rustamadji, Jalan Pahlawan. Semakin besarlah persekutuan, semakin kuatlah identitas. Semakin kuatlah identitas, semakin eratlah persaudaraan. Jemaat menjadi saudara satu sama lain, itulah kata Bapak Soedibyo.
Tahun 1983, gedung gereja di Pancuran sudah selesai dibangun. Kebaktian di rumah Bapak Rustamadji dipindahkan ke gedung baru. Kala itu, Pdt. Harso sudah semakin lanjut usianya, maka dipanggilah Bapak Jan Takaria sebagai hamba Tuhan. Tahun 1986, Pdt. Harso diemiritasi, G.I. Yan Takaria melanjutkan peran Pdt. Harso.
Setelah pengangkatan G.I. Yan Takaria, terjadi pembicaraan antara Majelis GKMII Kudus dan pengurus Pos PI GKMII Salatiga tentang pendewasaan gereja. Cukup mengagetkan memang, tetapi Pos PI GKMII Salatiga sudah mantap untuk dewasa.
Sebelum dilantik, para pengurus bergumul tentang nama gerejanya nanti. Siloam, nama yang tercetus kala itu. Nama yang berarti “Yang Diutus”. Dan Siloam, adalah bukti bahwa gereja didirikan di atas kubangan dan terdapat sumber air yang mengalir terus-menerus.
Mengikuti GKMII Kudus yang bergabung dengan sinode GKMI, Pos PI GKMII Salatiga menjadi GKMI Siloam. 17 Agustus 1988, GKMI Siloam didewasakan. GKMI Siloam adalah utusan Tuhan, GKMI Siloam juga air yang menghidupi aspek hidup jemaatnya.
Baptisan pertama 8 orang, banyak yang datang dan pergi. GKMI Siloam akan terus menulis lembaran sejarah baru. Peralihan generasi pasti terjadi, tetapi yang pasti Tuhan Yesus akan menyertai.